Popular Posts

Blogger templates

Blogger news

Blogroll

Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Translate

Pengikut

Entri Populer

Minggu, 20 Januari 2013
"Kikicak" adalah kue khas dari Kalimantan selatan yang berisi inti kelapa manis , makanan ini sering di jumpai di pasar-pasar yang ada di daerah Kalimantan Selatan dengan harga yang murah .

Cara membuat kue(wadai) Kikicak :
Bahan : 
  • 150 gr tepung ketan
  • 1 sdm tepung terigu,
  • 3 lembar daun pandan , iris tipis.
  • 150 ml air
  • Sejumput garam.
  • 3 tetes pewarna hijau

Rebusan :
  • 1 liter air
  • 2 sdm minyak
  • 2 lembar daun pandan

Inti /Unti Kelapa :
  • 150 gr kelapa parut, pilih yang agak muda.
  • 150 gr gula merah, sisir
  • 150 ml air
  • 2 lembar daun pandan
  • Sejumput garam

Cara : 
  1. Terlebih dulu kita bikin inti/unti. Masukkan air, daun pandan  dan gula merah, masak hingga gula larut.
  2. Masukkan kelapa parut dan garam, masak sambil diaduk terus dan airnya mengering, angkat sisihkan.
  3. Blender daun pandan dan air, saring,  ambil airnya.
  4. Campur tepung ketan, terigu  dan garam, tuangi sebagian dari air pandan tadi, masukkan juga pewarnanya, uleni , bila   masih belum kalis, beri air lagi, terus uleni hingga kalis dan bisa di bentuk. , sisihkan.
  5. Rebus bahan rebusan hingga mendidih .
  6. Sementara itu buat bulatan-bulatan dari adonan sebesar kelereng.
  7. Bila air rebusan sudah mendidih, cemplungin bulatan-bulatan tadi , tapi sebelumnya di pipihkan dulu , masak hingga semuanya mengapung, angkat dinginkan.
  8. Sajikan dengan inti/unti kelapa
Sumber terkait :dapurummumusasyi.blogspot.com
Sabtu, 19 Januari 2013

Sasirangan adalah kain adat suku Banjar di Kalimantan Selatan, yang dibuat dengan teknik tusuk jelujur kemudian diikat tali rafia dan selanjutnya dicelup.
Upaya untuk melindungi budaya Banjar ini, telah diakui oleh pemerintah melalui Dirjen HAKI Departemen Hukum dan HAM RI beberapa motif sasirangan sebagai berikut :
  1. Iris Pudak
  2. Kambang Raja
  3. Bayam Raja
  4. Kulit Kurikit
  5. Ombak Sinapur Karang
  6. Bintang Bahambur
  7. Sari Gading
  8. Kulit Kayu
  9. Naga Balimbur
  10. Jajumputan
  11. Turun Dayang
  12. Kambang Tampuk Manggis
  13. Daun Jaruju
  14. Kangkung Kaombakan
  15. Sisik Tanggiling
  16. Kambang Tanjung
Sejarah sasirangan :
Menurut Sahibul Hikayat atau cerita rakyat, di sekitar abad XII sampai XIV pada kerajaa Dipa kain sasirangan pertama kali di buat yaitu manakala Patih Lambung Mangkurat bertapa 40 hari 40 malam di atas lanting balarut banyu (di atas rakit mengikuti arus sungai). Menjelang akhir tapa nya, rakit Patih tiba di daerah Rantau kota Bagantung.Dilihatnya seonggok buih dan dari dalam buih terdengar suara seorang wanita, wanita itu adalah Putri Junjung Buih yang kelak menjadi Raja di Banua ini.

Tetapi ia baru muncul ke permukaan kalau syarat-syarat yang dimintanya dipenuhi, yaitu sebuah istana Batung yang diselesaikan dalam sehari dan kain dapat selesai sehari yang ditenun dan dicalap atau diwarnai oleh 40 orang putri dengan motif wadi/padiwaringin. Itulah kain calapan/sasirangan yang pertama kali dibuat dan sering disebut oleh masyarakat sebagai batik sandang yang disebut Kain Calapan yang kemudian dikenal dengan nama Kain Sasirangan.
Itulah sejarah singkat asal usul kain sasirangan. Arti kata sasirangan sendiri di ambil dari kata “sa” yang berarti “satu” dan “sirang” yang berarti “jelujur”. Sesuai dengan proses pembuatannya, Di jelujur, di simpul jelujurnya kemudian di celup untuk pewarnaannya.
Sasirangan menurut tetua adat Banjar dulunya di pakai untuk pengobatan orang sakit, dan juga di gunakan sebagai laung (ikat kepala adat Banjar), Kakamban (serudung), udat (kemben), babat (ikat pinggang), tapih bahalai (sarung untuk perempuan) dan lain sebagainya. Kain ini juga di pakai untuk upacara-upacar adat Banjar. Sekarang Sasirangan bukan lagi di peruntukkan hanya untuk spiritual, tapi sudah jadi pakaian kegiatan sehari-hari.
Di Pemerintahan Daerah Kalimantan Selatan, Sasirangan di sejajarkan dengan Batik. *Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan 91 tahun 2009 tentang standaarisasi Pakaian Dinas pegawai Negeri sipil di lingkungan Pemprov Kalsel*. Pegawai negri sipil di bebaskan memilih untuk memakai Sasirangan atau pun Batik di hari yang sudah di tentukan.

Berikut beberapa contoh motif sasirangan :

Kambang kacang, Bayam raja
Kambang kacang, Bayam raja

Kulat karikit, Gigi haruan, Iris pudak, Ular lidi
Kulat karikit, Gigi haruan, Iris pudak, Ular lidi.

Ramak sahang, Daun katu, galumbang
Ramak sahang, Daun katu, galumbang.

Daun Jaruju, Tampuk Manggis
Daun Jaruju, Tampuk Manggis.

Kangkung kaumbakan, Umbak sinapur karang
Kangkung kaumbakan, Umbak sinapur karang.

Sarigading (Iris Gagatas), Kambang Sasaki
Sarigading (Iris Gagatas), Kambang Sasaki.

Bintang buncu ampat, buncu lima, buncu tujuh, Bintang bahambur
Bintang buncu ampat, buncu lima, buncu tujuh

Jumat, 18 Januari 2013



Lauk Paliat/Gangan Paliat adalah Salah satu masakan khas oang Tabalong. dimana asal sumber masakan ini adalah dari Kota Kelua, yang tepatnya lagi dari sebuah desa kecil  yang namanya adalah Desa Paliat, Desa Paliat sendiri berjarak kurang lebih 18 Km dari ibukota Tabalong/Kota Tanjung dan memakan waktu kira-kira 20 menit perjalanan normal. nama Gangan Paliat ini diambil dari nama Desa tersebut yaitu Paliat.
Didalam gangan paliat, ikan utamanya adalah ikan Baung, bisa juga digantikan dengan Ikan Gabus, Ikan Tauman dan bisa juga dengan Udang. Gangan paliat ini tidak hanya terkenal di kota Kelua dan Tanjung saja, namun kelezatan masakan ini mampu mengundang orang-orang dari luar daerah seperti Amuntai, Paringin, Barabai dan kota lainnya hanya untuk datang ingin mencicipi gangan paliat tersebut.
Umumnya, pemilik warung gangan Paliat adalah warga Desa Paliat. Namun, mencari masakan gangan Paliat tak perlu lagi ke Desa Paliat. Karena penjual masakan itu sudah menyebar di Kabupaten Tabalong. Seperti dilakoni Hj Mariam warga Desa Paliat RT 2, yang berjualannya Jumat dan Sabtu di kawasan Terminal Transit Regional Desa Mabuun, Kecamatan Murung Pudak, sedangkan Sabtu sampai Kamis di Pasar Kelua, lalu Senin di Tamiyang Layang, Kalimantan Tengah.
Ditemui di lokasi berjualannya di samping Mal Thaybah kawasan terminal Mabuun, Ny Mariam didampingi sang suami Hj Zainuddin menceritakan, dia pernah mengikuti pameran dagang bertajuk The 5 Th SMEs’CO Festival gelaran Departemen Perindagkop, di Jakarta Convention Center dan dibuka oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Yang menggembirakan, selama pameran pada 12-14 April 2007, Kabupaten Tabalong dengan menampilkan Gangan Paliat mampu menarik perhatian pengunjung. Kalau kabupaten/kota lain di Kalimantan Selatan menonjolkan barang khas daerah masing-masing, justru gangan Paliat terlihat lebih diminati.
“Siang hari kan pada lapar. Jadi, Gangan Paliat diserbu pengunjung yang bukan hanya warga Banjar saja. Seorang warga Jakarta yang bernama Ahmad Faruk, dia adalah pemilik restoran khas Indonesia di Singapura, mengajak kerjasama untuk membawa Gangan Paliat ke Singapura,” kata Ny Mariam.
Dikatakan suami Mariam, H Zainuddin. ketertarikan Ahmad Faruk disebabkan gangan Paliat mempunyai citra rasa nikmat dan hieginis. “Dia cenderung memilih penganan tidak berbau unsur kimia. Nikmat tidak berkurang tapi tinggi nilai kesehatannya. Kendati berlemak tapi diimbangi asam kuit yang mampu mengurangi masalah lambung atau gangguan pencernaan,”
Bumbu makanan ini 80 % terbuat dari kunyit dicampur santan kental dan asam kuit. Bumbu lainnya, kemiri, laos, daun serai, cabe merah, bawang merah. Ditambah penyedap rasa, air, garam, ikan basah semisal baung, patin, pipih, haruan, udang dan lain-lain.
Bagi yang belum pernah mencobanya silahkan aja datang ke Kota Kelua.
Sumber :http://kotakalua.blogspot.com
Rumah Banjar atau Rumah ba-anjung adalah rumah tradisional suku Banjar. Pada umumnya arsitektur tradisional ciri-cirinya antara lain memiliki perlambang, memiliki penekanan pada atap, ornamental, dekoratif dan simetris.
Rumah tradisonal Banjar adalah type-type rumah khas Banjar dengan gaya dan ukirannya sendiri mulai sebelum tahun 1871 sampai tahun 1935. Pada tahun 1871 pemerintah kota Banjarmasin mengeluarkan segel izin pembuatan Rumah Bubungan Tinggi di kampung Sungai Jingah yang merupakan rumah tertua yang pernah dikeluarkan segelnya. [1]Umumnya rumah tradisional Banjar dibangun dengan ber-anjung (ba-anjung) yaitu sayap bangunan yang menjorok dari samping kanan dan kiri bangunan utama karena itu disebut Rumah Baanjung. Anjung merupakan ciri khas rumah tradisional Banjar, walaupun ada pula beberapa type Rumah Banjar yang tidak ber-anjung. Tipe rumah yang paling bernilai tinggi adalah Rumah Bubungan Tinggi yang diperuntukan untuk bangunan Dalam Sultan (kedaton) yang diberi nama Dalam Sirap. Jadi nilainya sama dengan rumah joglo di Jawa yang dipakai sebagai kedaton (istana kediaman Sultan).
Keagungan seorang penguasa pada masa pemerintahan kerajaan diukur oleh kuantitas ukuran dan kualitas seni serta kemegahan bangunan-bangunan kerajaan khususnya istana raja (Rumah Bubungan Tinggi). Dalam suatu perkampungan suku Banjar terdiri dari bermacam-macam jenis rumah Banjar yang mencerminkan status sosial maupun status ekonomi sang pemilik rumah. Dalam kampung tersebut rumah dibangun dengan pola linier mengikuti arah aliran sungai maupun jalan raya terdiri dari rumah yang dibangun mengapung di atas air, rumah yang didirikan di atas sungai maupun rumah yang didirikan di daratan, baik pada lahan basah (alluvial) maupun lahan kering. Rumah Banjar terdiri Rumah Banjar masa kesultanan banjar dan Rumah Banjar masa kolonial.
Selasa, 15 Januari 2013

Goa Liang Kantin terletak di Jaro, Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan. Tempat wisata ini berjarak sekitar 52 Km dari pusat kota. Anda akan melewati rumah - rumah penduduk untuk menuju kesana, memang tidak jauh sekitar 2 Km.

Lokasi obyek wisata ini ditempuh dalam jarak 52 km dari tepi jalan raya lintas Banjarmasin Balikpapan. Dilokasi Obyek Wisata ini selain dapat menikmati panorama pegununungan yang indah juga akan menikmati pula pemandangan dalam goa yang menarik. Konon goa ini menyimpan legenda rakyat yang dibuktikan dengan bentuk-bentuk batu dan ruangan goa yang menyerupai kantin.

Pintu Gerbang Selamat datang di obyek wisata Goa Liang Kantin.

 













Setelah memasuki pintu gerbang dan masuk menuju jalan ke arah Goa , kita disuguhkan dengan pemandangan Gunung Batu bakumpai dan hamparan sawah sekitar.

Stalagtit dan Stalagmit yang ada di dalam Goa Liang Kantin.

 


 













Sumber terkait : http://www.facebook.com/pages/Obyek-Wisata-KabTabalong/168619039832662?ref=stream dan niclovely.blogspot.com




.

Minggu, 13 Januari 2013

Riam Mambanin. Obyek wisata alam dengan air terjun setinggi sekitar 5 m, menjanjikan kesejukan, kesegaran dan udara yang sehat dan deru air yang menyejukkan hati.  Sayangnya obyek ini masih belum terawat maksimal, dimana-mana sampah dan onggokan ranting “mengganggu” indahnya riam-riamnya..

Jalan ke Riam Mambanin baru terbuka sekitar tahun 2007, dimana atas inisiatif masyarakat setelmpat bergotongroyong membangun jalan kecil menuju obyek wisata ini.  Tak hanya secara swadaya, Pemerintah Daerah pun membantu pembangunan akses ke obyek wisata alam ini, bahkan menurut H. Rijani, Kepala Desa Marindi, untuk tahun 2009 dan 2010 total dana yang dikucurkan pemerintah untuk membantu membangun jalan akses ini mencapai 400 juta rupiah.

Perjalanan ke Riam Mambanin cukup menjanjikan sesuatu yang berbeda, sepanjang jalan kita akan dijamu dengan udara segar yang dihembuskan dari kebun karet yang juga menjadi nafas ekonomi masyarakat Marindi.  Aktifitas menyadap dan mengangkut karet merupakan obyek yang cukup unik untuk diamati, khususnya untuk mereka yang belum pernah menjalaninya.  Selain kebun karet, perjalanan juga akan ditemani anak-anak sungai berair tenang lagi jernih, pohon-pohon bambu, ladang dan kebun buah-buahan khas Tabalong.
Sumber photo dan Artikel:: untuktabalong.wordpress.com
Jakarta - PT Adaro Energy Tbk membangun Tabalong Islamic Center yang merupakan Islamic Center terlengkap se-Asia Tenggara. Lokasinya tak berjauhan dari tempat lokasi tambang perseroan, di Tabalong Kalimantan Selatan.

Dana sebesar Rp 52 miliar digelontorkan oleh perusahaan tambang batubara tersebut untuk pembangunan proyek Tabalong Islamic Center.

"Islamic Center Tabalong sarana yang diperuntukkan bagi masyarakat untuk dapat melaksanakan kegiatan keislaman. Bangunan yang menelan dana Rp 52 Miliar ini," ujar Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk Garibaldi Thohir dalam acara syukuran dan peresmian Masjid Islamic Center, Tabalong, Banjarmasin, Kamis (9/8/2012).

Garibaldi yang masuk salah satu jajaran orang terkaya di Indonesia versi Forbes 2012 dengan kekayaan US$ 1,2 miliar ini, mengatakan masjid di kawasan Islamic Center berkapasitas lebih dari 3500 jamaah. Ia menyebutkan agar masjid tersebut bisa diberi nama Masjid Al Abrar.

Selain masjid, fasilitas di Islamic Center ini antaralain sarana praktik ibadah haji bagi masyarakat serta dilengkapi bangunan pendukung, seperti ruang perkantoran, perpustakaan, pelatihan dan ruang serbaguna.

"Nanti ada miniatur Ka'bah sehingga calon haji bisa melakukan simulasi haji dan lempar jumroh, yang ada trem naik dan turun seperti di tanah suci, ada bank syariah dan suvenir, dan gedung serbaguna untuk rapat atau resepsi," jelasnya.

Diharapkan dengan adanya Tabalong Islamic Center akan meningkatkan wawasan agama maupun pengetahuan secara umum, serta membantu mewujudkan masyarakat agamis dan mandiri secara intelektual.

Islamic Center ini dibangun di lahan seluas 5 hektar milik Pemda Tabalong. Namun, semua infrastruktur dilakukan PT Adaro. Saat ini, pembangunan keseluruhan kawasan Islamic Center telah mencapai 83% dan direncanakan akan selesai sepenuhnya pada bulan September 2012.

"Komplek ini akan dihibahkan kepada Kabupaten Tabalong. Kami harapkan banyak kebajikan yang dialami masyarakat, peningkatan kehidupan ekonom masyarakat," pungkas Garibaldi.

Syukuran dan Peresmian Masjid Raya Al-Abrar, Tabalong Islamic. Center dihadiri oleh Presdir PT Adaro Energy Tbk, Garibaldi Thohir, gubernur Kalsel Rudy Ariffin, Bupati Tabalong-Rahman Ramsyi dan Direktur Yayasan Adaro Bangun Negeri, Mohammad Effendi.

TEMPAT TINGGAL MASYARAKAT PRASEJARAH GUA BABI
DESA RANDU KECAMATAN MUARA UYA,
ISI RIWAYAT SINGKAT:

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Balai Arkeologi Banjarmasin berupa ekskavasi ( penggalian arkeologi ) dan penetapan terhadap situs prasejarah GUA BABI pada tanggal 19 Maret sampai dengan 1 April 1996 yang merupakan tindak lanjut dari survey prasejarah di Pegunungan Meratus pada tahun 1995. Situs ini terletak di desa Randu, Kecamatan Muara Uya, kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Hasil penelitian ini sangat penting bagi pemahaman proses budaya dan kronologi prasejarah setempat secara khusus dan Kalimantan secara umum, yang pernah terjadi sejak akhir Kala Plestosen dan awal Kala Holosen, sekitar 10.000 tahun yang silam. Ciri budaya yang berhasil diidentifikasi adalah pemanfaatan gua untuk pemukiman, dengan berbagai tinggalan yang terutama mengacu pada tingkatan tekhnologi mesolitik ( tekhnologi batu madya ) dan neolitik ( tekhnologi batu muda ).

Hasil-hasil penelitian adalah sebagai berikut :

Gua Babi merupakan salah satu gua dari sekitar 45 gua yang ada pada pegunungan karet di Desa Randu di kaki barat pegunungan Meratus. Morfologi gua merupakan gabungan antara gua ( cave ) dan ceruk paying ( rock shelter ) ceruk payung merupakan teras gua ( selanjutnya disebut teras gua ) berukuran panjang 25 meter ( utara selatan ) dan lebar 10 meter ( timur barat ). Penelitian tahun 1995/1996 difokuskan diteras gua berdasarkan temuan permukaan berupa konsentrasi sisa-sisa makanan berupa cangkang-cangkang kerang ( gastropoda ) = siput, dan pelecpoda = kerang ) dalam konteks erat dengan peralatan manusia prasejarah berupa alat-alat batu berbentuk serpih dan bilah, dan juga temuan gerabah polos maupun gerabah hias. Empat buah kotak ekskavasi telah dibuka selama penelitian dengan kedalaman antara 120 cm hingga 220 cm, ditujukan untuk mendapatkan data mengenai lapisan budaya ( cultural layers ), untuk penjelasan mengenai proses-proses budya.

Penggalian keempat kotak eksvasi menunjukkan hasil yang sangat signifikan. Pada kedalaman sekitar 20 cm dari permukaan teras, ditemukan lapisan arkeologis yang dicari, yaitu berupa tumpukan kerang Gastropoda yang bercampur dengan alat alat batu dalam kuantitas sangat padat, dan  juga pecahan-pecahan gerabah polos dan berhias, bercampur dengan berbagai sisa binatang darat ( terrestrial animal ) dan binatang air ( aquatic animal ). Lapisan budaya ini praktis mencakup seluruh teras gua, kecuali teras tertinggi di bagian selatan. Lapisan budaya dibagian tengah gua bercampur dengan abu dan arang sisa pembakaran, sehingga di interprestasikan bahwa pengolahan makanan dilakukan pada teras bagian tengah.

Temuan – temuan terdiri atas :

a.         Alat-alat batu : Kuantitas padat, hingga kedalaman 150 cm. Tipologi yang diperoleh adalah alat serpih, bilah, serut, bor dan juga alat-alat massif berupa kapak perimbas.

Mayoritas alat-alat ini adalah alat-alat mesolitik, disertai pula oleh beberapa tekhnologi lebih tua dari tingkatan paleolitik. Dilain pihak, juga ditemukan beberapa buah batu guling ( pestle ), yang jelas merupakan salah satu unsur budaya neolitik.

b.         Pecahan tembikar : sebagian besar merupakan tembikar berhias, dibuat dengan tatap Pelandas ( paddle and anvil ) yang di gabungkan dengan roda putar (wheel). Hiasan yang menonlol adalah hias tera tatap ( paddle marked ) yang terdiri dari berbagai motif hias yaitu tatap tali ( cord-mark ) dan jala. Hias tatap tali merupakan unsur hiasan yang sangat tua, yang sudah muncul sejak tingkatan neolitik.

c.          Alat-alat tulang : ditemukan pada kedalaman 60-80 cm, berupa penusuk ( point ), atau sumpit, salah satu tulang dikerjakan, berasal dari tulang lengan monyet yang dengan sengaja dilubangi, mungkin dipakai sebagai perhiasan.

d.         Sisa-sisa kerang : ditemukan sangat rapat dan padat pada lapisan arkeologis, berasal dari bangsa Gastropoda ( siput ) dan Pelecypoda ( kerang ).

e.         Sisa-sisa binatang vertebrata : ditemukan sejak permukaan tanah hingga kedalaman 220 cm. Jenisnya berupa binatang kecil ( mikrofauna ). Identifikasi menunjukkan jenis-jenis : kerbau ( Bovidae ), rusa ( Cervidae ), babi hutan ( Sus barbatus ), kancil ( Tragulida ), beruang ( ursus sp ), landak ( Hystricidae ), tikus ( Maridae ), bulus ( Testudinidae ), biawak ( paranidae ), dan ular sanca ( phyton ). Analisis kontektual menunjukkan bahwa binatang-binatang ini juga merupakan bagian subsistensi dari penghuni Gua Babi.

f.           Sisa-sisa manusia : merupakan fragmen-fragmen tengkorak, gigi, dan tangan. Secara lebih rinci temuan tersebut adalah pecahan tengkorak parietal dan occipital, gigi taring ( canin ) rahang atas ( maxilia ) kiri dan taring rahang bawah ( mandibula ) kanan serta bagian tulang tangan ( phalanx ). Sebagian dari pragmen tengkorak sudah mengalami proses fosollisasi cukup lanjut. Jenis taxon : Homo sapiens.

Secara kontekstual antara lapisan tanah, lapisan budaya, dan jenis-jenis temuan, diketahui bahwa Gua babi ini merupakan salah satu tempat hunian sementara ( settement) di masa prasejarah, dimana manusia pendukung budaya di gua ini masih melakukan pengumpulan makanan ( foot-gathering )dari sumber-sumber makanan disekitarnya. Sudah pasti, bahwa mereka mencari makanan utama dari siput dan kerang air tawar, yang di bawa kegua untuk dimasak dibagian tengah teras gua. Selain itu, temuan sisa-sisa binatang vertebrata yang cukup melimpah hingga kedalaman 150 cm, menunjukkan bahwa perburuan binatang juga menjadi salah satu model subsistensi manusia diteras gua, dan bahkan ditemukan kapan perimbas dan penusuk dari batu gamping kersikan ( silicified-limestones ) yang ujungnya terdapat warna merah. Analisis mengaskopis terhadap warna merah ini diduga berasal dari darah binatang buruan pada saat pengolahan makanan, yang kemudian terserap oleh batu gamping sebagai bahan dasar pembuatan kapak perimbas tersebut, dan kemudian mengering.

Pertanggalan ( dating ) absolut ) dari okupasi manusia di Gua Babi belum dapat dipastikan  saat ini. Karena pertanggalan untuk lapisan budaya baru akan dilakukan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional melalui metode pertanggalan Carbon-14 dengan memakai sampel arang dan kerang dari sisa pembakaran di bagian tengah gua. Meskipun demikian , berdasarkan analisis artefaktual dan kontektual, dapat dinyatakan bahwa gua ini sudah dihuni sejak tingkatan mesolitik hingga neolitik. Dalam konsepsi pengkerangkaan masa prasejarah secara umum di Indonesia, tingkatan tersebut sebanding dengan periode masa antara 1.000 hingga 4.000 tahun lalu. Penggalian oleh Balai Arkeologi Banjarmasin belum mencapai lapisan steril. Dengan unsure temuan kapak perimbas yang merupakan salah satu unsur temuan lebih tua, yaitu tingkatan paleolitik, maka ada keungkinan besar bahwa Gua Babi ini sudah di huni sejak Kala Plestosen.

Situs Gua Babi merupakan situs sangat penting bagi pemahaman pemanfaatan gua sebagai sarana tempat tinggal, yang selama ini belum pernah ditemukan di Kalimantan. Lebih dari itu, situs ini juga merupakan bahan telaah penting dalam penjelasan aspek migrasi yang terjadi pada periode Pasca-plestosen di Indonesia bagian tengah, terutama dalam kaitannya dengan gelombang migrasi dari utara ( Taiwan, Jepang dan Filipina ) dan penghunian gua-gua mesolitik di Silawesi. Oleh karena itu, Balai Arkeologi menganggap penting eksistensi situs Gua Babi, dan akan terus melakukan penelitian di Gua Babi untuk penjelasan masalah hunian gua, model subsitensi manusia pendukungnya, system penguburan gua maupun proses migrasi Pasca-Plestosen di Indonesia bagian tengah.

Dengan hasil penelitian Balai Arkeologi Banjarmasin tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa Gua Babi termasuk dalam kategori Benda Cagar Budaya ( BCB ), yang dilindungi oleh UU Nomor 5 tahun 1992, khususnya BAB I Pasal I. ( SITUS PURBAKALA).

Sumber :langsatgalery.blogspot.com